Kontroversi Kemaksuman Rasul Dalam Perspektif Syiah dan Sunni
Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad SAW. Sekalipun begitu berat tantangan yang dihadapi mereka semuanya mendapat ‘ishmah , perlindungan , pertolongan dan keselamatan dari Allah SWT. Nabi Nuh dan umatnya yang beriman diselamatkan Allah dengan bahtera yang dibuatnya atas perintah Allah, dari banjir dahsyat yang menenggelamkan seluruh negeri yang kufur. Nabi Musa dan umatnya selamat dari kejaran Firaun dan balatentaranya yang ingin membunuhnya, dengan menyeberangi laut merah dan ditenggelamkannya Firaun dan balatentaranya di dalam laut yang kembali bertaut setelah Musa sampai ke seberang dan memukulkan tongkatnya atas izin Allah. Nabi Ibrahim tidak hangus terbakar kala dihukum bakar di lautan api oleh Raja Namruz yang zalim bahkan api berubah menjadi dingin dan menyelamatkan Nabi Ibrahim. Nabi Isa a.s. setelah berdakwah sekian lama, juga dimusuhi oleh penguasa yang zalim yang tak ingin manusia bertauhid kepada Allah dan meninggalkan kepercayaan musyrik penguasa dan para pengikutnya. Nabi Isa diselamatkan Allah dari upaya pembunuhan dan penyaliban, dengan mengangkatnya ke hadirat-Nya. Begitupula Nabi terakhir, Muhammad SAW selamat dari beberapa kali upaya pembunuhan yang ditujukan kepadanya, diracuni oleh perempuan Yahudi, dikepung dan akan dipancung pada malam hijrah, diserang pada perang Uhud, dan semuanya itu gagal karena Allah melindunginya, memberi ishmah, jaminan keamanan pada beliau. ‘Ishmah ini disebutkan dalam berbagai sumber tentang turunnya ayat 67 S. al-Maidah , bahwa Rasulullah kala berada di rumahnya sebelum ayat ini turun selalu dijaga secara bergantian oleh para sahabat, begitu pula ada riwayat yang menyebutkan bahwa Abu Thalib selalu mengirim orang-orang dari Bani Hasyim untuk mengawal dan menjaga Rasulullah SAW dari upaya penganiayaan dan pembunuhan. Namun setelah ayat ini turun, Rasulullah SAW menghentikan pengawalan dan penjagaan manusia dengan mengatakan “qad ashimaniya llah” Allah telah menjaga saya sesuai firman-Nya wallahu ya’shimuka minan nas, Allah menjagamu dari upaya (jahat) manusia.
- Syi’ah menolak hadis yang tidak diriwayatkan oleh Ahlulbait, sedangkan Ahlus sunnah wal jama’ah tidak membeda-bedakan asalkan hadits itu memenuhi syarat ilmu mushtalah hadits.
- Syi’ah memandang imam itu ma’shum (orang suci), sedangkan Ahlus sunnah wal Jama’ah memandangnya sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekhilafan (kesalahan).
- Syi’ah tidak mengakui ijma tanpa adanya imam sedangkan Ahlus sunnah waljama’ah mengakui ijma tanpa mensyaratkan ikut sertanya “ imam”.
- Syi’ah memandang bahwa menegakkan kepemimpinan/pemerintahan (imamah) adalah termasuk rukun agama, sedangkan Sunni ( Ahlus sunnah wal jamaah) memandang dari segi kemaslahatan umum dengan tujuan keimamahan adalah untuk menjamin dan melindungi da’wah dan kepentingan ummat.
- Syi’ah pada umumnya tidak mengakui kehalifahan Abu Bakar as-Shiddiq, Umar ibn al-Khattab dan Usman bin Affan, sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengakui keempat Khulafa Rasyidin ( Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib).
Posting Komentar
0 Komentar